oleh: Aktivis Dayak Borneo, Advokat Ir Lusiano SH MSi
Lusiano |
DALAM perjalanan saya ke
Kutai Timur, Kota Bontang, Kutai Kartanegata dan Kota Balikpapan, saat
kemarau panjang hampir seluruhnya disibukkan dengan kritis air, kebakaran hutan dan asap di kota-kota dan kabupaten yang saya amati sambil dalam
perjalanan. Apabila nanti setelah masa kemarau ini lewat tiba musim hujan
dan angin hutan-hutan kota dan hutan sepanjang jalan kabupaten dan kota
tersebut siap-siap akan tumbang dan menimpa sesuatu dan memakan korban
di bawahnya.
Pasalnya hutan kota sepanjang Jalan Soekarno Hatta Balikpapan
ke Samarinda maupun di Kota Balikpapan yang ditanam adalah kayu untuk Hutan Tanaman Industri (HTI)
bahan kertas yang mudah tumbang dan patah karena kayu yang di tanam itu
seharusnya sudah usia harus dipanen dan rubuh semakin besar dan semakin
tinggi rawan patah dan tumbang dan siap memakan korban dan menghambat
lalu lintas apabila nanti musim hujan dan angin
tiba.
Mulai saat ini harus dipikirkan ke depan penanaman pohoh pelindung
jalan dan penahan longsor hindarilah menanam kayu untuk hutan tanaman industri/kertas yang mudah tumbang dan patah salah satunya juga pohon
Akasia yang sudah menjadi wabah tumbuhnya tanaman ini termasuk yang merusak
tanah akarnya mengandung zat yang meracuni tanah, buka kembali hasil
penelitian Pemkot Balikpapan beberapa tahun lalu yang meneliti pencemaran
waduk air Manggar, salah satunya akar kayu akasia yang membusuk merusak
tanah dan tanaman itu semakin tua dan tinggi pada usia tertentu lapuk dan
tumbang, tidak ada manfaat yang dapat diambil paling dapat digunakan
untuk pembakar bata dan hutan akasipun dengan daun keringnya mudah
terbakar.
jadi sebaiknya pemerintah daerah yang tersebut di atas dapat
berkoordinasi mengenai tanaman-tanaman pelindung jalan dan penahan longsor
di sepanjang jalan wilayah pemerintahan tersebut mendapat perhatian
serius misalnya jalan sepanjang simpang Km 6 Bontang ke Sangatta yang
dulu tahun 90-an sejuk dan rindang masuk Hutan Taman Nasional Kutai
Kartanegara sejak terjadi kebakaran tahun 98 mana Taman Nasional Kutai
telah musnah tinggal nama saja dan sepanjang jalan gersang harusnya
bisa direboisasi dengan tanaman keras penahan longsor jalan dan pelindung
jalan.
Begitu juga jalan dari Bontang sampai ke Balikpapan, sepanjang jalan
banyak pohon yang siap tumbang .begitu juga di jalan pesisir Palaran
Sangasanga, Samboja sampai Balikpapan banyak pohon-pohon yang siap tumbang. Dan di
wilayah Kutai banyak pohon tiang penghias jalan penerangan tenaga surya
yang sudah tidak berfungsi hancur dan rusak ini pohon mahal yang dibeli
dengan uang rakyat yang dipasang tanpa perencanaan perawatan hanya hamburkan
angggaran, berfungsi normal paling sempat dinikmati 6 bulan sejak pasang, sekarang sudah menjadi puing-puing besi tua dan sudah banyak yang hilang
kelengkapannya.
Tentunya biaya besar dalam investasi pemasangannya. Dulu
ada program Pemprov KalTim 20 tahunan
lalu yang mencanangkan arenisasi sepanjang jalan Kaltim untuk pohon
penahan longsor dan pelindung, sayang tidak berkesinambungan dan bukti-bukti
ide arenisasi itu ada bukti yang masih bisa dilihat sepanjang Jalan
Soekarno Hatta Balikpapan Samarinda, aren itu saat ini siap dipanen dan
dimanfaatkan. Ide arenisasi tempoe doeloe itu perlu digalakkan kembali
dan kalau perlu diperdakan serta pemanfaatannya kemudian hari karena tanaman aren punya manfaat luar biasa.
Ayo mikir untulk anak cucu, jangan tanam pohon HTI tanaman Kertas di jalan yang buat anak cucu bisa
tertimpa kerubuhan dan mungkin juga saya dan anda para pejabat pemerintah. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar