oleh Priyo Suwarno
KABAR terbaru dari The Syrian
Observatory for Human Rights mengatakan telah memiliki 'informasi yang sudah
dikonfirmasi' bahwa pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi telah tewas.
"Komandan ISIS yang ada di Provinsi Deir ez-Zor telah mengonfirmasi
kematian Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin ISIS, kepada pihak kami," ujar
Direktur The Syrian Observatory for Human Rights, Rami Abdurrahman, seperti dikutip
dari Al Jazeera, Rabu (12/7/2017).
Lembaga Hak Asasi manusia itu
mengaku menerima informasi itu, mengakui tidak tahu kapan dan bagaimana
Al-Baghdadi tewas. Menurut keterangan Abdurrahman, Baghdadi terlihat di bagian
timur Provinsi Deir ez-Zor dalam beberapa bulan terakhir. Meski demikian, belum
jelas apakah ia tewas di wilayah tersebut atau tidak.
Sebulan lalu, Rusia
mengeluarkan pernyataan –belum terkonfirmasi- bahwa pucuk pimpinan gerakan ISIS
telah tewas. Pejabat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia mengatakan besar
kemungkinan bahwa pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi tewas dalam serangan udara
pada akhir Mei lalu. Pernyataan ini sekaligus mempertegas pernyataan sebelumnya
yang menyebutkan al-Baghdadi telah tewas bersama para pendukungnya pertengahan
bulan ini.
Pada 16 Juni, Moskow
mengklaim bahwa pemimpin ISIS diyakini telah terbunuh dalam sebuah serangan
udara yang menargetkan pertemuan para pemimpin kelompok ekstremis itu di luar
Raqqa. Kepastian tewasnya al-Baghdadi ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Luar
Negeri Oleg Syromolotov.
Menurut Kementerian
Pertahanan Rusia, dapat dikatakan dengan probabilitas tinggi bahwa pemimpin
ISIS, al-Baghdadi, tewas sebagai hasil serangan oleh militer Rusia jelang akhir
Mei. Informasi ini sekarang diperiksa melalui berbagai saluran," kata
Syromolotov seperti dikutip dari CBS News, Kamis (22/6/2017).
Lepas dari kontroverisal
antara kepastian dan ketidakpastian kematian Baghdadi, di Irak memang posisi
ISIS semakin melemah. Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi, Senin (10/7),
secara resmi mengumumkan Mosul bebas dari kelompok ISIS. Irak telah sembilan
bulan melakukan pertempuran sengit untuk mengusir petempur fanatik dari kubu
utama ISIS. Lebih dari itu, Al-Abbadi menyatakan kepada dunia bahwa inilah
akhir, kegagalan dan ambruknya Negara Da'esh –sebutan lain ISIS– yang diumumkan
di Mosul tiga tahun lalu, tepatnya 9 April 2013.
***
Bisa jadi ISIS segera tumbang
di Suriah dan Irak sebagai basis utama wilayah yang mereka duduki. Namun sisa
tentara dan militan yang sudah mereka garap sejak tiga tahun teraakhir ini
bukannya sirna begitu saja, akan tetapi ideologi dan isme yang mereka
kembangkan bisa menyebar dimana, dan bisa berada di mana.
ISIS merekrut begitu banyak
anggota melalui hubungan perorangan, organisasi maupun lewat dunia maya.
Intelijen Amerika pun tidak bisa memastikan jumlah pasukan rekrutan ISIS, hanya
diperkirakan antara 20.000 sampai 35.000 orang yang berdatangan dari 40 negara.
Kini sudah hampir dipastikan
pasukan bayaran itu bakal tercerai berai, tetapi ntidak serta merta gerakan
mereka selesai. ISIS mengancam
menghacurkan Eropa, Amerika dan sekutunya lewat serangan teroro. Terbukti
Paris, London, Brussel dan sejumlah klota di Eropa menjadi berita internasional
gara-gara disatroni teroris.
ISIS juga pernah menyatakan
akan memindahkan basis gerakan di Asia. Benar! Sejak Juni 2017, gerakan Maute
yang berbaiat dengan ISIS telah meletuskan perang di Marawi. Secara geografis
dan sosiologis hubungan Filipina Selatan dengan Indonesia sudah terjalin lancar.
Filipina menginfromasikan ada sekitar 400 warga negara Indonesia (WNI) yang
terlibat dalam perang di Marawi.
Jauh sebelum Marawi meletus, sudah
berembus kabar banyak WNI datang ke Suriah melalui Turki untuk menjadi milisi
ISIS. Semua sudah dihimpun oleh intelijen Indonesia, akan tetapi relatif
Indonesi tidak begitu banyak melakukan gerakan pencegahan. Begitu masih WNI
‘mearikan diri’ dengan berpura-pura sebagai wisatawan atau pun menjadi tenaga
tenaga kerja melalui Malaysia, Thailand lalu ke Tukri sebagai pintu gerbang ke
Suriah.
Sejauh ini memang tidak ada
data konkret berapa jumlah NI yang gabung dengan ISIS baik di Suriah muapun
Irak. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) penrah menyebut angka
antara 500-600 orang. Bernarkah angka itu? Bisa benar, bisa lecih kecil, tetapi
yang sangat merisaukan apabila angka itu jauh lebih besar dari perkiraan.
Ini beban masyarakat, bangsa
dan negara Indonesia, BNPT, khususnya Polri terutama Densus Antiteror 88 yang
selama ini menjadi ujung tombak untuk melakukan perlawanan secara total
terhadap gerakan teroris di negeri ini.
***
Tidak bisa dianggap enteng
luberan pengaruh ISIS di Indonesia,. Gerakan ini menggunakan sel inkubasi
berbasis agama, sehingga begitu lincah dan cepat diterima di kalangan masyarakat
banyak. Berita terbaru terjadi aksi teror yang muncul di Indonesia yang berpaut
dengan ISIS terjadi merata di Indonesia.
Tanggal 10 Juli 2017
misalnya, polisi Sorong menangkap seorang pemuda yang mengunggah video
propaganda untuk ISIS. Sebelumnya diawali dengan tindakan nekat dua pemuda
berboncengan motor memasang bendera berlambang atau berlogo mirip bendera ISIS
di pintu besi pagar Polsek Kebayoran. Beruntung menghadapi perilaku nekat ini,
polisi akhirnya berhasil membekuk pelakunya, kini dalam penyidikan.
Ini semua tidak lepas dari
penetrasi ISIS lewat internet, penetrasi lainnya adalah masuk kembali WNI yang
pernah melakukan perang untuk ISIS baik di Suriah maupun Irak. Para almuni akan
kembali membajiri Indonesia, mereka diperkirakan akan terus mengobarkan
semangat ISIS dengan aksi-aksi teror dan gangguan lain yang bisa membahayakan
Indonesia.
Tentu ini bukan mengada-ada,
Panglima TNI Jenderal Gatot Numantyo pun sudah mengingatkan bahwa sel-sel
kelompok Negara Islam Irak-Suriah (ISIS) terdeteksi di 16 titik di Indonesia.
Saat ini 16 titik itu ditutup karena bisa dipakai sebagai lokasi persembunyian
anggota ISIS yang kabur dari Filipina Selatan. Ia mengatakan TNI sudah
melakukan penjagaan di wilayah paling dekat dengan Filipina yaitu Pulau Marore,
Miangas, Sulawesi Utara. Aparat TNI juga menjaga ketat wilayah Tarakan
(Kalimantan Utara), Bitung, Marore, Miangas, Tahura dan Talaud (semuanya di
Sulawesi Utara). Perbatasan di wilayah Maluku Utara juga kita tutup menggunakan
operasi udara, laut, bahkan kapal selam di sana. Di tiap-tiap pulau-pulau itu
diadakan penebalan.
Merespon ini semua, Kapolri
Jenderal Tito Karnavian telah melakukan pemetaan lebih rinci terhadap
akasi-aksi teros di Indonesia. Disebutkan belakangan ini, muncul tipe baru
gerakan terosi di Indonesia, yaitu tipe lone wolf atau bekerja sendiri. mulai beraksi.
Oleh karena itu, Kapolri
menerapkan strategi untuk menghadapi gerekan itu dengan cara memperkuat
kemampuan siber untuk mendeteksi website radikal, chatting radikal, komunikasi
radikal sekaligus kegiatan kontra radikalisasi untuk melindungi masyarakat agar
tidak terkena paham radikal. Di sisi lain, Kapolri juga meminta didukung oleh
semua lembaga.
Semua elemen pemerintahan dan masyarakat harus terlibat dalam
upaya pemberantasan terorisme.
Tito juga menjelaskan
fenonena lone wolf ini merupakan fenomena baru yang ada di Indonesia meskipun
di negara-negara barat sudah lebih dahulu terjadi. Tito menyampaikan hal
tersebut harus dihadapi oleh pihak kepolisian agar terjadi situasi yang tetap
kondusif. Ke depan dengan hancurnya ISIS di Suriah dan Iak, Indonesia harus
semakin memperkuat lini pertahanan untuk menghadapi gelombang teror ini.
Polri, TNI, BNPT tidak pernah
lelah bekerja menyelesaikan urusan ini. Guncangan dan aksi-aksi teror ini bakal
lebih cepat teratasi apabila masyarakat mengambil peran aktif turut serta
membantu pemerintah dan aparat keamanan mencegah dan memerangi teror. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar