Catatan Ir Lusiano SH MSi
Advokat, Aktivis Dayak Borneo
BELAJAR dari kabinet era Orde Lama, kabinet kurang kompak. Membuat pusing Soekarno, untung waktu itu masih hangat-hangatnya semangat juang 45, Era pemerintahan Orde Baru dengan Repelita-nya (rencana pembangunan lima tahun) kabinetnya kompak. Setelah era Orde Baru di era Reformasi sama era kabinet Jokowi Ayo Kerja, sepertinya kita masih berdebat mencari pola yang tepat. Sedangkan masa pemerintahan per periode kabinet hanya per 5 tahun saja sangat pendek untuk kerja berhasil, apalagi kalau kabinet bongkar pasang tidak kompak.
Saya sependapat dengan Ketua DPR RI agar Menko kemaritiman yang baru, Rizal Ramli, menahan diri fokus pada kementeriannya dulu, sebaiknya saran dan masukan dalam rapat kordinasi tertutup saja dibahas. Prinsip mikul dhuwur mendem jero, dipakai biar tidak ramai dan tidak buat rakyat bingung.
Evaluasi ulang terhadap rencana-rencana mega proyek yang belum terlanjur dilaksanakan di saat krisis ekonomi, yang perlu didahulukan adalah proyek-proyek yang menyangkut kebutuhan rakyat saat ini. Berikan masukan kepada presiden mengenai manfaat dan mudaratnya tentang pembangkit listrik 35.000 MW.
Dan rencana pembelian 30 unit pesawat oleh Garuda daripada jadi warisan utang negara lebih baik wujudkan tol laut program Jokowi, penghubung laut di Kalimantan, Kalimatan-Jawa, Jawa- Sumatera dan pulau-pulau terluar Indonesia bagian timur yang mendesak angkutan laut kapal cepat dan murah.
Serta menggalakkan penggalian dan pencarian sumber-sumber minyak sektor hulu Pertamina yang saat ini terhenti dan mengoptimalkan pengolahan minyak produksi dalam negeri. Perlu pembangunan kilang minyak yang bisa mengolah crude oil dalam negeri untuk di kilang di dalam negeri sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri sendiri. Agar kita punya ketahanan energi migas sendiri dengan mendirikan kilang yang berteknologi dapat mengolah minyak crude oil dalam negeri pakai dalam negeri agar terlepas ketergantungan impor dan dipermainkan negara lain.
Saat ini kita sudah hadapi hal itu, kita negara penghasil energi tapi krisis energi, sudah banyak pengalaman pahit penderitaan negeri ini yang menjadi pelajaran bagi bangsà kita untuk bangkit dan mandiri. SDA kita berlimpah mau kembangkan mobil SMK hilang beritanya mau diapakan, mau kembangkan mobil listrik macet malahan penggagasnya dianggap memboroskan dan merugikan keuangan negara dan dianggap melanggar hukum.
Kapan kita punya mobil nasional yang diimpi-impikan yang pada akhirnya ketergantungan kita pada luar nergeri besar. Saya salut dan gembira atas pernyataan presiden Jokowi yang mengatakan: “Saya tidak jualan sumber daya alam,”.
Ini pernyataan yang luar biasa, Ayoooo kita dukung dan Ayooo kerja yang bener dan persoalan kabinet pasti segera dibenahi, karena itu hak perogratif Presiden dalam kabinetnya biarkanlah kita yakin persoalannya akan dapat diselesaikan internal tidak perlu pakai debat nasional. Hanya memperkeruh suasana saja menjadi melebar dan menjadikan komoditi pemberitaan yang membingungkan saja.
Ini kabinet Ayo kerja kita dukung ayo kerja yang benar, berantas korupsi, narkoba dan galakkan penegakan hukum. Semoga Tuhan menolong dan memberkati kita, kita negara kuat dan besar. (*)
Advokat, Aktivis Dayak Borneo
BELAJAR dari kabinet era Orde Lama, kabinet kurang kompak. Membuat pusing Soekarno, untung waktu itu masih hangat-hangatnya semangat juang 45, Era pemerintahan Orde Baru dengan Repelita-nya (rencana pembangunan lima tahun) kabinetnya kompak. Setelah era Orde Baru di era Reformasi sama era kabinet Jokowi Ayo Kerja, sepertinya kita masih berdebat mencari pola yang tepat. Sedangkan masa pemerintahan per periode kabinet hanya per 5 tahun saja sangat pendek untuk kerja berhasil, apalagi kalau kabinet bongkar pasang tidak kompak.
Saya sependapat dengan Ketua DPR RI agar Menko kemaritiman yang baru, Rizal Ramli, menahan diri fokus pada kementeriannya dulu, sebaiknya saran dan masukan dalam rapat kordinasi tertutup saja dibahas. Prinsip mikul dhuwur mendem jero, dipakai biar tidak ramai dan tidak buat rakyat bingung.
Evaluasi ulang terhadap rencana-rencana mega proyek yang belum terlanjur dilaksanakan di saat krisis ekonomi, yang perlu didahulukan adalah proyek-proyek yang menyangkut kebutuhan rakyat saat ini. Berikan masukan kepada presiden mengenai manfaat dan mudaratnya tentang pembangkit listrik 35.000 MW.
Dan rencana pembelian 30 unit pesawat oleh Garuda daripada jadi warisan utang negara lebih baik wujudkan tol laut program Jokowi, penghubung laut di Kalimantan, Kalimatan-Jawa, Jawa- Sumatera dan pulau-pulau terluar Indonesia bagian timur yang mendesak angkutan laut kapal cepat dan murah.
Serta menggalakkan penggalian dan pencarian sumber-sumber minyak sektor hulu Pertamina yang saat ini terhenti dan mengoptimalkan pengolahan minyak produksi dalam negeri. Perlu pembangunan kilang minyak yang bisa mengolah crude oil dalam negeri untuk di kilang di dalam negeri sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri sendiri. Agar kita punya ketahanan energi migas sendiri dengan mendirikan kilang yang berteknologi dapat mengolah minyak crude oil dalam negeri pakai dalam negeri agar terlepas ketergantungan impor dan dipermainkan negara lain.
Saat ini kita sudah hadapi hal itu, kita negara penghasil energi tapi krisis energi, sudah banyak pengalaman pahit penderitaan negeri ini yang menjadi pelajaran bagi bangsà kita untuk bangkit dan mandiri. SDA kita berlimpah mau kembangkan mobil SMK hilang beritanya mau diapakan, mau kembangkan mobil listrik macet malahan penggagasnya dianggap memboroskan dan merugikan keuangan negara dan dianggap melanggar hukum.
Kapan kita punya mobil nasional yang diimpi-impikan yang pada akhirnya ketergantungan kita pada luar nergeri besar. Saya salut dan gembira atas pernyataan presiden Jokowi yang mengatakan: “Saya tidak jualan sumber daya alam,”.
Ini pernyataan yang luar biasa, Ayoooo kita dukung dan Ayooo kerja yang bener dan persoalan kabinet pasti segera dibenahi, karena itu hak perogratif Presiden dalam kabinetnya biarkanlah kita yakin persoalannya akan dapat diselesaikan internal tidak perlu pakai debat nasional. Hanya memperkeruh suasana saja menjadi melebar dan menjadikan komoditi pemberitaan yang membingungkan saja.
Ini kabinet Ayo kerja kita dukung ayo kerja yang benar, berantas korupsi, narkoba dan galakkan penegakan hukum. Semoga Tuhan menolong dan memberkati kita, kita negara kuat dan besar. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar