Senin, 29 Januari 2018

Pasien Wajib Berpuasa sebelum Pembiusan Umum, Ini Penjelasannya!


Dokter Anna Surgean Veterini, SpAn KIC

Ahli Anestesi RS Bedah Surabaya


dr Anna Surgean Veterini
DOKTER anestesi memiliki prosedur ketat, untuk menjaga dan memberikan penanganan pasien secara baik dan benar. Dokter Anna Surgean Veterini, SpAn KIC ahli anestesi di Rumah Sakit Bedah Surabaya (RSBS), mengatakan untuk itulah ada beberapa tahapan atau prosedur tetap yang wajib diketahui pasien dan keluarganya, sebelum seseorang menjalani tindakan anestesi, menjelang dan setelah operasi. 


Pertama, sebelum tindakan operasi seorang dokter anestesi akan melakukan pemeriksaan kepada pasien. “Pemeriksaan itu sangat penting, sebab dokter anestesi bisa melihat bagaimana kondisi psikis dan fisik si pasien, sejauh mana kesiapan mental dan fisiknya” kata Anna.

Pemeriksaan pra-anestesi, dilakukan dokter anestesi dibantu oleh perawat dimulai dengan menanyakan tentang riwayat pasien di antaranya: apakah pasien pernah mengidap suatu penyakit, apakah alergi terhadap jenis obat-obatan tertentu, apakah menjelang operasi tersebut juga tengah mengkonsumsi obat-obat jenis tertentu, operasi itu sendiri, karena akibat kecelakaan atau tidak, apakah operasi yang akan dilakukan adalah operasi darurat atau terencana? 


“Ini adalah prosedur standar yang harus dilalui sebelum dilakukan anestesi menjelang masuk kamar operasi. Pemeriksaan standar tersebut sangat penting, sebab akan berhubungan dengan teknik anestesi sekaligus jenis obat anestesi yang akan dimasukkan ke dalam tubuh pasien,” papar Anna.

Dia menambahkan bahwa sebelum operasi dilakukan, pasien juga harus menjalani puasa dalam waktu tertentu. Terutama pada operasi besar yang melibatkan pasien berada di bawah pengaruh anestesi umum. Anestesi umum membuat pasien tidak sadarkan diri, sehingga tidak dapat merasakan apapun dan pasien juga tidak menyadari apa saja yag tengah berlangsung selama prosedur operasi dilaksanakan.

Jika perut terisi makanan, maka pasien bisa muntah kondisi ini bisa berisiko terutama saat berada dalam kondisi di bawah anestesi. Saat berada di bawah anestesi, refleks tubuh pasien dihentikan untuk sementara. Kombinasi anestesi yang melumpuhkan tubuh dan intubasi (memasukkan lubang atau pipa melalui mulut atau hidung untuk pertukaran udara) memungkinkan pasien menghirup muntahan dan isi perut ke dalam paru. Kondisi ini disebut dengan aspirasi paru dan dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti infeksi, pneumonia, dan kesulitan bernapas, yang dapat membahayakan kondisi pasien.

Anestesi ada tiga macam, yaitu:

* Pertama adalah general anestesi, yaitu pasien ditidurkan selama operasi berlangsung.

* Kedua, regional anestesi, dimana yang dianestesi atau yang dimatirasakan hanya separuh bagian tubuh saja, contohnya dalam kasus ibu menjalani operasi caesar

* Ketiga, adalah periperal nerve block atau anestesi hanya pada bagian-bagian yang dioperasi saja.

“Misalnya kalau yang luka adalah tangan dan mau dijahit,  maka hanya sekitar luka saja yang disuntik supaya mati rasa agar pasien nyaman. Pasien tentu tidak merasa kesakitan selama operasi. Sebelum semua dimulai di kamar operasi, kami (dokter dan petugas medis) selalu memulai dengan recek segala sesuatunya, dan berdoa dipimpin oleh dokter anestesi,” imbuh Anna.

Setelah operasi selesai, masih ada tindakan lanjutan yang harus dilakukan, yaitu begitu keluar dari kamar operasi kemudian dimasukkan ke ruang recovery room (RR) atau ruang pulih sadar. Setelah minimal dua jam di RR, bagi pasien yang tidak terlalu berat operasinya, maka bisa langsung dipindah ke kamar rawat inap atau pulang langsung. Tetapi kalau selama di RR kondisinya kurang bagus maka akan langsung dimasukkan ke ICU supaya bisa dipantau lebih cermat. “Tetapi ada operasi berat misal pembedahan kepala, usia lanjut atau selama operasi mengalami perdarahan cukup banyak maka usai keluar ruang operasi biasanya langsung dimasukkan ke ruang ICU untuk dipantau,” jelas Anna.

Agar tidak menimbulkan nyeri paska operasi, maka dokter anestesi akan memberikan obat anti-nyeri sebagai penghilang rasa sakit agar pasien lebih nyaman. Kendati semua sudah direncanakan dengan sangat baik sesuai standar, tetapi yang perlu ditegaskan kepada pasien dan keluaraganya bahwa sekecil apapaun dalam sebuah tindakan medis tidak ada yang tidak mengandung risiko. Karena itu sebelum operasi, dokter harus memberikan inform consent atau penjelasan yang cukup kepada pasien atau keluarganya tentang hal-hal tersebut.

“Penjelasan ini sangat penting agar pasien atau keluarganya bisa memahami meski seorang dokter sudah menjalankan tindakan sesuai standar, tetapi dalam hal-hal tertentu bisa terjadi diluar kendali,” jelas Anna yang minta agar selama operasi keluarga bisa menunggui, sehingga kalau terjadi sesuatu dokter bisa segera memberitahu kepada keluarga pasien.(pr/ps)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terkini

Info Cuaca Kaltara

Redaksi

Penasehat: Suyoso Nantra SSos MM, Pemimpin Umum : Tomo Widodo, Wakil Pemimpin Umum : Abdul Rahman, Dewan Redaksi: Ir Lusiano SH MBA, Tomo Widodo, SHut, Max Oroh, Andi M Firzan, SH, Anton Hidayat SHut. Pemimpin Redaksi: Sahruddin SPd.,SE, Redaktur Pelaksana: Max Oroh Redaktur: Juli Prastomo, Munawar, Kepala Biro Sebatik : Sahruddin SPd.,SE, Biro Nunukan : Harry Kurniawan, Sahabuddin, Staf Redaksi: H Ponidi HB, Budyastono, M. Usman Jakatalu, Andi Ar Evrai, Kontributor Yogyakarta dan Sekitarnya: Drs Raga Afandi, Bayu Sukma P, SE. Kontributor Kaltara: M Imam. Fotografer: H Ponidi HB Manager Umum & EO: Abdul Rahman Manager Keuangan: Anton Hidayat, SHut Manager Iklan: Sam A Widodo Koordinator IT: Juli Prastomo. Staff IT: Muhmamad Fathur, Max Oroh, Penerbit: PT Kabar Group Kantor Pusat: Komp. Taman Sari Bukit Mutiara, Blok RK 40-41, Kel. Gunung Samarinda Baru, Kec. Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia Telp.: 081254235977, 081250278889, 087841170982, 085652021853 Email: redaksi__kabarkaltim@hotmail.com